Bismillah
Ku awali bangun subuh tuk berbenah. Kuhampiri kran air di depan rumah. Pagi ini aku harus bersiap siap tuk ikuti alfasdhu dan berlanjut berkunjung ke rumah orangtua.
Tak aku rencana , hari ini bisa berkunjung pada ibuku. Ibuku yang tinggal seorang diri. Setelah 15 tahun ditinggal suaminya pergi tuk selama lamanya. Sejak saat itu, ibu hidup sendiri. Tanpa anak atau siapapun. Pernah ada waktu 3 tahun diikuti cucu yang sekolah di sana, setelah itu juga hidup sendiri lagi. Juga pernah dicarikan pembantu oleh anal anaknya, tapi itu juga tidak betah bersama pembantu. Akhirnya sampai sekarang ibu hidup seorang diri. Ya.... seorang diri di usia yang sudah 87 tahun.
Hari ini kulalui dengan bahagia.
Pulang kampung bersama suamii dan anak terrcinta. Meski hanya bertiga cukup bahagia. Kutengok ibundaku yang telah renta. Bundaku yang sendiri hidup di rumah lama. Rumah penuh memori masa masa amak dan remaja.
Meski dalam kondisi badan yang kurang sehat, aku tetap semangat. Empat bulan audah aku tak berkunjung pqda ibuku. Waktu yang lama tak bisa bersua, membuat aku rindu. Rindu wajah ibu yang pernah melahirkanku. Rindu tutur kata dan doa dari bibir ibuku. Doa tulus daroli seorang ibu. Kapanpun dan di manapun.
Masa pandemi memang mengubah berbagai pranata. Pola hidup dan pola sosial juga. Harusnya aku berkunjung pada ibuku... tapi tak bisa. Kuharus bersua via vicol belaka. Itupun jika internet tersedia. Jika ada kesibukan lainnya, aku hanya membaca info dari group saudara saja.
Kami bersepuluh dalam satu keluarga. Oh... maksudnya...aku 10 bersaudara. Semuanya wanita. Kami semua sudah berumahtangga. Kami semua keluar dari rumah mengikuti suami masing masing. Maka ibuku hidup hanya seorang diri.
Mengenang masa kecil sangatlah suka. Apalagi kala bermain bersama. Bekerja bersama... kadang juga bertengkar ala kadarnya. Seru. Kalau ingat aku bisa senyum senyum sendiri. Bukannya gila lho.... tapi emang seru permainan masa kecilku.
Waktu itu... aku bertiga dengan adik dan kakakku bermain tali gelang karet. Permainan ini dilalukan dengan cara meniup setumpuk karet gelang agar bisa terpisah dari tumpukan. Siapa yang berhasil memisahkan benda tersebut maka karet gelang berhak jadi miliknya. Waktu itu kami bermain pada malam hari usai belajar bersama sama. Kami buat peraturan bagi yang tidak dapat hasil dqlam hitungab tiupqn 3 x maka harus docoret wajahnya dengan jelaga. Inilah yang membuat serunya permainan kami. Kami bertiga tiga pernah Äŗepas dari sangsi. Ketika usai permaian... kami saling berkaca.... akhirnya kami tertawa bersama sama di tengah malam .
Solo, 4 Juli 2020
Luar biasa bu.. Sangat menyenangkan š
BalasHapusMantap Bu Aning,,semoga ibuknya selalu sehat..aamiin
BalasHapusAamiin makasih jeng
HapusSemoga nenek selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT.
BalasHapusSelamat berkumpul dengan keluarga bu Aning š
Ya..itulah orangtua.. Ga bisa kita,ajak bersama... Kasihan... Semoga tetap sehat ya...orangtua yg jauh dari anak2nya... Jadi ingat diri sendiri...yg dari awal cuma berdua... Sekarang cuma berdua...šš
BalasHapusjelaga itu jalantah ya Bu? Lucu ceritanya
BalasHapus