MARI PRODUKTIF MENULIS
BERSAMA
DR.NGAINUN NAIM
NAMA : SAWIYANI
ASAL : Pati - Gelombang 12
NARASUMBER: DR.NGAINUN NAIM
MATERI : MARI PRODUKTIF MENULIS
Terlahir
di Tulungagung, 19 Juli 1975 Bapak Dr,Ngainun Naim seorang narasumber yang
memiliki segudang prestasi dan jabatan. Dari riwayat pendidikan yang beliau
tempuh mulai darri SD hingga S-3 dari UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta, lulus
tahun 2011. Malam ini dimoderatori oleh Ibu Kanjeng alias Ibu Sri Sugiastuti.beliau juga merupakan salah satu narasumber dalam pertemuan sebelumnya.
sapaan dari Bapak Ngainun, jika Bapak Ibu sudah produktif menulis, berarti topik ini bukan topik istimewa. Semoga saja, semua peserta masih banyak yang membutuhkan materi malam ini. meski sudah tua, saya masih bersemangat untuk mengikutinya.
Sekadar bahan untuk renungan bersama . Malam ini diawali paparan dengan satu pendapat bahwa Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis.
Seorang
guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin
meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak
karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan
pendidikan.
Pada
pertemuan ini saya akan menyampaikan tentang KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS.
Kunci
itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan Bapak Ibu sekalian produktif
dalam menulis, sesuai judul materi yang saya bawakan.
Bapak
Ibu sekalian bisa mendapatkan kunci tetapi kunci akan sebatas sebagai kunci
jika tidak difungsikan.
Keterlibatan
Bapak Ibu sekalian di grup ini ibaratnya untuk mendapatkan kunci. Tapi jika
sekadar mendapatkan saja dan tidak dipraktikkan, tentu kunci itu kurang
fungsional.
Ada beberapa motivasi yang beliau sampaikan. Motivasi menulis bisa berupa;
[1] motivasi karir.
Bapak dan Ibu
sekalian anggota grup. Mencermati komposisi anggota grup ini—maaf jika saya
salah—saya berkesimpulan bahwa menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat
dengan profesi Bapak Ibu sekalian. Implikasinya, semakin mahir menulis maka
semakin lancar karir yang kita tempuh.
[2] motivasi materi;
menulis itu
menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang
sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang
beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru
kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
[3] motivasi politik; menulis
ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
[4] motivasi cinta; menulis karena memang mencintai
aktivitas menulis.
Nah,
Bapak Ibu sekalian bisa memilih jenis motivasinya. Bisa juga menambah jenis
motivasi di luar 4 yang saya sebut di atas. Namun perlu diingat bahwa apa pun
motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang
akan dihasilkan.
Menurut Bapak Ngainun, bahwa mau dan mampu menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis—bagi saya—adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.
-
Bapak
Ibu sekalian saya sangat yakin bisa menulis. Coba sekarang simak pengalaman
menulis Bapak Ibu sekalian. Jika Bapak Ibu sekalian lulusan S1, atau S2 atau S3
berarti sudah menulis ribuan halaman. Ya, ribuan halaman. Kok sekarang mengaku
nggak bisa menulis. Terus yang dulu ribuah halaman itu apa yang ditulis? Maaf
jika tersinggung.
Bayangkan,
saat S-1 Bapak Ibu sekalian setiap semester harus membuat makalah. Paling tidak
satu semester harus membuat 10 makalah. Kalikan 10 halaman, berarti kan sudah
100 halaman. Kalikan 8 semester. Berarti kan sudah 800 halaman. Asumsinya 1000
halaman dengan laporan KKN, magang, skripsi.
Jumlah
halaman pasti bertambah jika Bapak Ibu lulus S2. Total halaman yang ditulis
jika sampai lulus S2 saya kira paling tidak 500 halaman. Apalagi jika sampai
selesai doktor. Jelas di atas 2.500 halaman. Sekarang hitung berapa laporan
penelitian yang harus Bapak Ibu buat setiap tahun. Berapa laporan pengabdian.
Sudah ribuan—sekali lagi ribuan—halaman yang sudah Bapak Ibu tulis.
Sekarang mari kita urai mengapa kok
masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan
halaman. Ada beberapa kemungkinan;
[1]
Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis
makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi. Sekali lagi mohon
maaf jika ada yang kurang berkenan.
Kemungkinan
ke [2], tidak menulis karena dibuatkan orang lain.
Kemungkinan
ke [3] menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya
mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya
tulisan.
Kemungkinan
ke [4], begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa
yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu
tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis
biasanya di akhir kutipan:
Menulis
itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya.
Sesederhana apa pun buku yang Bapak dan Ibu hasilkan itu tetap memiliki
kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama
Bapak Ibu sekalian terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang
berbeda dengan kawan-kawan lainnya.
Coba
kita simak apa saja bentuk keajaiban yang beliau rasakan karena menulis.
[1]
mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak
royaliti.
[2]
sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum.
[3]
memiliki banyak teman. [4]. Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam
kehidupan. [5] tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.
Jadi
penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona,
tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut
kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.
Menulislah
setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika Anda merasa tulisan
Anda tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan Anda akan otomatis
menjadi baik.
Baik
Bapak Ibu sekalian. 6 kunci yang saya uraikan bisa membuat membuat Bapak Ibu
sekalian produktif menulis.
Materi 6 kunci tadi sangat luarr
biayasa. Pertanyaan saya, bagaimana caranya menyusun resume jadi sebuah buku
yang menarik untuk dibaca? apakah tanggal dalam resume harus dihilangkan? atau
dibiarkan? Soalnya ada yang bilang, kalo buat buku, tanggal dan bulan resume
harus dihilangkan. Mohon pencerahannya.
2. Budiarti Bantul.
Kriteria (1) SELESAI DITULIS. Ini
penting. Sebagus apa pun ide, jika belum selesai ditulis ya belum bagus. (2) Minim salah ketik atau salah teknis. (3)
Bahasa menarik dan didukung oleh logika berpikir yang baik. JIka ingin diterima
penerbit, ikuti gaya dan kebijakan penerbit.
3. Penanya ke 3 Assalamualaikum wr wb...Perkenalkan saya:Sunaryo, 085246666643, SMPIT Madani Berau
Menjga konsistensi menulis itu tdk
mudah, pertanyaan saya: 1. Apa tips yg plg jitu agar kita bs konsisten menulis
& produtif ? 2. Kpn waktu yg pas bg kita utk menulis ? Perlukah dg jadwal
& target waktu ?
(2) Setiap orang memiliki jadwal yang
seharusnya disusun dan ditaati.
Ada 4 jenis MALU dalam menulis: (1) MALU
untuk menulis. Tidak akan bisa menulis. (2) MALU kalau menulis dan tulisannya
dibaca orang. (3) MALU sudah mulai hilang. Pokoknya nulis. (4) MALU TIDAK
MENULIS.
Apakah dalam menulis cerpen atau
sejenisnya harus menggunakan kerangka tulisan, Pak?
Apa fungsi kerangka tulisan dalam
menulis?
Terima kasih
Terima Kasih.
/Bagaimanakah menjaga konsistensi dalam
menulis, sebab saya merasakan menulis itu masih musim-musiman. Pas lagi mood ya
ide muncul, pas lagi tidak mood, ide mampet mohon saran, terimakasih.
Nah, ini kan bukti yang cukup meyakinkan bahwa Anda adalah seorang penulis.
2. Anda bisa membaca Anda bisa membaca maka Anda bisa menulis. Syarat bisa menulis adalah
membaca.
3. Saat anda
mengerjakan sesuatu , apapun bentuknya sesungguhnya Anda sedang menulis.Lho kok bisa ? ya iyalah. Ini menggunakan istilah Prof.Dr.Ersis Wannansyah Abbas,
itu disebut dengan “Menulis di dalam
otak” otak kita sesungguhnya menuliskan kalimat demi kalimat. Begini seterusnya.
PRINSIP-PRINSIP DALAM MENULIS
NIKMATI, menulis harus dengan
sepenuh jiwa. Menulis harus
dinikmati.jka tidak menikmati, tidak
akan mungkin Menulis dalam tekanan tidak akan
pernah menghasilkan karya yang bermutu . Setelah menjalani proses
menulis, aspek yang penting adalah
menikmati proses menulis itu sendiri.
SYUKURI Bagi penulis,
salah satu cara bersyukur dengana
menulis. Mengapa harus terus menulis? Tentu
banyak alasan. Saya hanya ingin mengutip
pendapat seseorang ahli yang menyatakan bahwa keajaiban
akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses.
Simpulan yang saya dapatkan adalah sebagai berikut:
Bahwa setiap orang adalah penulis
2. Modal
menulis adalah membaca
3.
Menulis
membutuhkan motivasi
4.
Prinsip
dalam menulis jalani, nikmati, dan syukuri
5.
terus menulis dan belajar menghasilkan yang semakin
baik dari waktu ke waktu
mantap Resumenya lengkap Bu
BalasHapusKeren, lengkap
BalasHapusMantab bu
BalasHapuslengkap sekali...mantap bu,,
BalasHapusMantap Bu Aning,,kulo nembe proses edit hehe
BalasHapusWow...lengkap. Kalah saya sama bu Aning.
BalasHapusBila berkenan tengok juga ya bu di http://maseko1275.blogspot.com/2020/07/kunci-produktif-menulis.html
memang T O P bunda...
BalasHapusResumenya rapiih..tertata, lengkap
BalasHapusMaksih kunjungannya ...sudah kukunjungi di sana
BalasHapusLengkap...bu aning...sipp
BalasHapusLengkap banget bu aning nie... rajin
BalasHapuswow lengkap resumenya bu ...
BalasHapusMnntppp...kesimpulannya msih klhtn double..kerenn
BalasHapusLengkap dan komplit ...
BalasHapus